Cikarang, Dialog, Momentum Hut Kemerdekaan RI yang Ke 72
tahun, menjadi ingatan kembali masa-masa jaman penjajahan, bagi mak manyih
(110) th, ia terkenang saat-saat belanda menyerang Kp. Ceger Sukajaya, tempat kediamannya, sehingga kp. Ceger menjadi
luluh lantak, Mak Manyih saat itu masih berusia baya, kebingungan mencari orang
tuanya, akan ketika mencari orang tuanya malah masuk kemarkas belanda dan di
tahan selama 2 hari 2 malam.
“Saya masih ingat saat itu serangan belanda membuat Kp. menjadi
luluhlantak dan masyarakat berhamburan untuk mencari tempat perlindungan, saya
mencari orang tua saya, eh malah ke markas belnda yang berada di Kp cabang
Cikarang Utara dan saya di tahan selama
2 hari 2 malam, untung ada alhm pak nonih mamunda, yang menolong saya”ujar mak manyih.
Kenangan perjuangan masa penjajahan belanda juga di alami
oleh Mak ipah (105) th, dan Mak Siti (95) th, kedua orang tua itu menceritakan
saat belanda menyerang Kp. Ceger dengan senjata canon dan peluru berhamburan
dengan suara yang nyaring membuat kedua orang tua tersebut berlarian dan
berlindung di kobak BN, dan lari ke kampung kongsi.
“saya berlarian berlindunjg saat peluru belanda berhamburan”ujarnya.
Kedua orang tua tersebut juga menambahkan. Seringnya Kp.
Ceger di serang belanda karena banyak masyarakat Kampung Ceger saat itu menjadi
mata-mata belanda, sehingga pejuang yang mengumpet di Kp. Ceger dapat diketahui
belanda.
“Banyak mata- mata dari kampung sendiri, yang memberi tahu
ada pejuang di kp,ceger”ujar Mak Ipah mengenang.
Jika kita lihat kondisi dari tiga orang tua renta yang telah
berusia lanjut, dan menjadi saksi sejarah, akan tetapi kehidupannya saat ini
sangat memprihatin bahkan nyaris tampa perhatian dari pihak pemerintah.
Kepada Dialog Mak Siti dan Mak Manyih mengatakan “Saya hidup
di Indonesia sampai saat ini belum merdeka, karena kehidupan saya sama seperti
dulu dijajah penjajah, untuk makan saja sulit, sementara orang-orang yang tidak
merasakan betapa pahit masa penjajahan , kini hidup mewah, dulu saya pada saat
jaman beleguran, makan beras menir,
dedek bakatul dan singkong onggok yang sekarang buat makan empan bebek ,
sekarang saya makan beras raskin, sama saja hidup saya belum merdeka , dan
diserang kemiskinan ”ujarnya. (Malih)